Jumat, 18 April 2014

Teori Belajar Gestalt Ide teori belajar Gestalt oleh Wertheimer muncul dari pemikiran ketika dia sedang naik kereta. Dia mendapat gagasan bahwa jika dua cahaya berkedip-kedip hidup dan mati, cahaya itu memberi kesan kepada pengamatnya bahwa cahaya itu bergerak maju dan mundur. Dia memperdalam gagasan yang muncul saat di kereta yaitu bahwa jika melihat stimuli dengan cara tertentu, penglihatan itu akan memberi ilusi gerakan, yang oleh Wertheimer dinamakan phi phenomenon. Arti phi phenomenon adalah bahwa suatu fenomena berbeda dari elemen yang menyebabkannya. Pengalaman fenomenologis adalah berbeda dari bagian-bagian yang menyusun pengalaman tersebut. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti pola atau konfigurasi. Teori Gestalt punya ide sentral menampilkan pandangan bahwa berpikir adalah dari keseluruhan ke bagian, melihat suatu fenomena secara keseluruhan yang sebenarnya keseluruhan itu adalah konfigurasi dari bagian-bagian. Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz. Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian , yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. ‘Gestalt yang baik’ atau keadaan yang seimbang ini menurut Kurt Koffka mencakup sifat-sifat keterusan, kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya. Setiap hal yang dihadapi oleh individu, mempunyai sifat dinamis, yaitu cendrung untuk menuju keadaan Pragnaz itu ( keadaan seimbang ). Keadaan yang problematis adalah keadaan yang tidak Pragnaz, tidak teratur, tidak sederhana, tidak stabil, tidak simetri , dan sebagainya . Pemecahan problem itu ialah mengadakan perubahan kedalam struktur medan dengan memasukkan hal-hal yang dapat membawa hal problematis ke sifat Pragnaz. Dalam Teori Gestalt kita tidak melihat stimuli yang terpisah-pisah tapi stimuli itu dikelompokkan bersama (diorganisasikan) ke dalam suatu konfigurasi yang bermakna. Aplikasi Teori Gestalt Dalam Proses Pembelajaran Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain : 1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. 2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. 3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); Bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. 4. Prinsip ruang hidup (life space); Bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. 5. Transfer dalam Belajar; Yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Tete lagi senang